Assalamu’alaykum, Tetangganet, bagaimana kabarnya hari ini? Untuk Tetangganet yang sudah berkeluarga, memiliki anak-anak yang sholih-sholihah pasti menjadi hal yang didambakan.
Begitu pula saya dan suami saya. Tahun demi tahun kami lalui, kabar baik yang ditunggu belum juga tiba. Kami pikir, pasti ada hikmahnya. Allah memberi waktu untuk kami mempersiapkan kedatangan buah hati dengan lebih baik. Maka, sembari berikhtiar secara medis, kami pun berbenah dan mempersiapkan diri.
Selama menunggu, kami mengamati berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kami. Bagaimana para orangtua berinteraksi dengan anak-anak mereka dan dampaknya pada masing-masing anak. Alhamdulillah, kami jadi lebih banyak belajar.
Pada artikel kali ini, saya ingin membagikan sebagian dari yang telah kami pelajari. Semoga menjadi pengingat bagi diri kami pribadi dan juga bermanfaat bagi Tetangganet yang mendambakan anak-anak yang qurrota a’yun.
Berikut ini saya rangkum menjadi 4 hal yang perlu kita persiapkan sebelum memiliki anak.
1. Mindset yang Benar
Sebuah peristiwa menjadi topik diskusi saya dan suami akhir-akhir ini. Sebagai guru, kadang kala kami dihadapkan dengan konflik antara orangtua walimurid, guru, dan anak. Pada kejadian kali ini, kami dikejutkan oleh tanggapan sang anak. Kami menyaksikan bagaimana seorang anak bisa jauh lebih dewasa dan berpikiran jauh ke depan daripada kedua orangtuanya.Dengan santun, dia berkata,”Hati nurani saya menolak memulai masa depan saya dengan cara yang tidak benar. Saya menghormati guru saya, saya menghormati sekolah saya, saya menghormati teman-teman saya. Saya mohon maafkan kedua orangtua saya.”
Ya muqolibal qulub, semudah itu Allah membolak-balikkan hati. Jika Allah berkehendak, Allah jadikan seorang anak memiliki pendirian teguh. Namun Allah juga yang menguasai hati anak-anak kita, jika mereka hendak melakukan kemaksiatan.
“Anak-anak itu milik Allah, bukan milik orangtuanya,” begitu kata suami saya.
Seringkali kita melihat orangtua begitu posesif kepada anak. Tentu saja, mereka sayang kepada anak-anak mereka. Apalagi anak-anak tersebut lahir setelah perjuangan yang mengancam jiwa raga. Namun, kita harus bisa membedakan antara rasa sayang dan posesif.
Jika anak melakukan suatu perbuatan yang salah, namun kita malah membelanya, itu adalah posesif. Jika kita mendukung anak melakukan perbuatan yang salah, itu adalah posesif. Jika kita memaksakan kehendak, menutup pintu diskusi dua arah dengan anak “demi masa depan” anak, itu adalah posesif.
Kewajiban kita sebagai orangtua bukan untuk menjadinya seseorang yang kaya atau berkuasa di dunia. Namun, kewajiban kita adalah mendidik anak-anak agar memiliki kekuatan diri (inner strength) untuk menghadapi dunia pada masanya dan menjauhkannya dari api neraka.
Jika kita sayang kepada kepada anak kita, kita tidak akan membiarkannya terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan.
“Anak itu titipan Allah,” kata suami saya.
Karenanya, anak adalah amanah. Amanah agar kita berusaha mendidiknya menjadi pribadi yang bertaqwa kepada Allah. Amanah agar menjaganya dari perbuatan keji dan mungkar.
2. Ilmu yang Cukup
Tentunya agar kita bisa mendidik anak dengan baik, kita harus memiliki ilmu. Tidak hanya ilmu parenting, terutama kita harus memiliki dasar ilmu agama yang baik. Selain itu, kita juga memiliki ilmu tentang kesehatan dan nutrisi agar anak dapat tumbuh sehat dan kuat.Memang ilmu seperti ini seringkali tidak diajarkan di lembaga pendidikan formal. Namun, saat ini ada banyak cara kita bisa menuntut ilmu parenting, agama, dan kesehatan. Mulai dari banyak webinar, kelas-kelas kecil untuk orangtua, buku-buku, hingga kegiatan-kegiatan di komunitas.
Bekali diri kita dengan ilmu sebanyak mungkin, sehingga ketika kita mendidik dan merawat anak dengan pengetahuan yang cukup.
Baca juga: 5 Tips Agar Ilmu Kita Menjadi Berkah dan Bermanfaat
3. Kebiasaan yang Baik
Seorang anak akan meniru apa yang dia lihat dan yang dia dengar. Oleh karena itu, penting bagi orangtua menampilkan kebiasaan sehari-hari yang baik di depan anak-anaknya.Jika kita mengharapkan anak tidak terlalu banyak memakai handphone, janganlah kita terlalu sering menggunakan handphone di depan anak-anak. Tanamkan bahwa handphone adalah sarana komunikasi dan alat untuk bekerja, bukan untuk hiburan semata.
Jika kita mengharapkan anak-anak menghabiskan makanan di piringnya, contohkan bagaimana kita mengambil makanan secukupnya dan menghabiskannya dengan tuntas.
Jika kita mengharapkan anak-anak rajin beribadah, maka kita juga harus rajin beribadah.
Sebaliknya, jika kita tidak mempraktikkan sendiri apa yang kita sampaikan kepada anak, sampai kita ngomel-ngomel berbusa-busa pun, anak tidak akan mempraktikkan apa yang kita perintahkan.
Jika kita masih memiliki kebiasaan yang kurang baik, ada baiknya kita mulai mencoba berubah dari sekarang. Tak perlu perubahan yang drastis. Tentukan satu perubahan yang ingin dicapai. Buat komitmen untuk satu perubahan itu minimal selama 40 hari berturut-turut. Setelah itu tambahkan satu perubahan lagi untuk 40 hari setelahnya. InsyaAllah, lama-lama kita akan memiliki kebiasaan yang baik.
4. Lingkungan yang Baik
Kami pernah menyaksikan seorang anak yang tinggal di lingkungan yang kurang baik terpaksa tidak boleh keluar dari rumah. Kedua orangtuanya melarangnya bergaul dengan teman-teman sebaya di lingkungan rumahnya karena takut pergaulan yang buruk akan menjadikannya anaknya nakal. Niat bagus, tetapi sayang sekali anak ini berubah menjadi anak yang pendiam, menutup diri, dan tidak memiliki kepercayaan diri.Oleh karena itu, ketika kami hendak membeli sebidang tanah untuk didirikan rumah tinggal, kami memohon kepada Allah untuk memberikan kepada kami sebuah rumah yang berada di lingkungan orang-orang sholih dan dekat dengan masjid. Doa itu kami ulang-ulang terus hingga Allah memberikan rizki kami tinggal di rumah yang sekarang, alhamdulillah.
Ada pepatah mengatakan, dibutuhkan satu kampung untuk membesarkan seorang anak. Karena anak akan menyerap apapun yang dia lihat dan dengarkan, maka Penting sekali bagi orangtua untuk memilihkan lingkungan yang baik.
Termasuk di antaranya adalah memilihkan lingkungan sekolah yang baik. Ketika kita survei ke suatu sekolah, kebanyakan orangtua hanya akan melihat ke fasilitas, program kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler, dan propek lulusan. Namun, penting juga untuk mengamati bagaimana adab dan akhlak para siswa yang sedang menempuh pendidikan di sekolah itu. Apakah mereka bisa menjadi pengaruh yang baik bagi anak-anak kita?
Anak Bisa Jadi Anugerah, Tapi Bisa Juga Jadi Cobaan
Ketika kita sedang mendambakan seorang anak, mungkin kita melihat bagaimana bahagianya orang-orang yang dikaruniai seorang anak atau lebih. Namun, kami juga mengamati, ada juga orangtua-orangtua yang mendapati kelahiran putra-putri mereka dengan berat hati. Ada juga orangtua yang bersedih hati karena perilaku putra-putri mereka.
Maka, marilah kita selalu berdoa kepada Allah, agar diberikan keturunan yang selalu berada di jalan kebenaran. Semoga Allah karuniakan kepada kita anal-anak yang sholih-sholihah.
Menurut Tetangganet, apa lagi yang perlu disiapkan sebelum memiliki anak? Silakan tulis di komentar. Wassalamu’alaykum.
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar, tapi bukan link hidup ya