Alternatif Alat dan Bahan Pembuatan Kompos yang Mudah Didapat

kulit buah untuk bahan kompos

Assalamu’alaykum, Tetangganet, sudahkah Tetangganet mempraktikkan saran saya mengompos secara mandiri? Apakah Tetangganet masih kesulitan mendapatkan alat dan bahan pembuatan kompos di rumah? Pada artikel ini saya ingin membagikan solusi mendapatkan alat dan bahan mengompos yang mudah didapat di sekitar rumah Tetangganet. Semoga Tetangganet jadi lebih bersemangat memulai mengompos secara mandiri di rumah.

Awal-awal saya mulai mengompos, saya juga menemukan kesulitan mengikuti tutorial mengompos di salah satu leaflet mengompos yang pertama kali saya dapatkan. Karena sampah organik saya mayoritas berasal dari kulit buah dan sayuran, maka saya punya banyak sekali bahan hijau. Sedangkan, saya kesulitan dalam mencari bahan coklat.

(N.B.: Jika Tetangganet masih bingung dengan definisi bahan hijau dan bahan cokelat, Tetangganet dapat berkunjung ke postingan saya sebelumnya)

Akhirnya, saya menunda-nunda untuk mengompos karena takut salah atau bermasalah. Hikss, padahal setelah dipelajari, tidak ada mengompos yang gagal.

Jika Tetangganet mengalami hal yang sama, yuk kita hilangkan dulu keraguan dalam diri kita. Mengompos itu mudah, kok. Dan tentunya sangat bermanfaat.

Jika pun ada alat dan bahan pembuatan kompos yang belum ada, kita bisa kok mencari alternatifnya yang ada di sekitar rumah kita.

Alternatif Alat dan Bahan Pembuatan Kompos

Alternatif Bahan Cokelat

Ketika saya awal-awal mengompos, salah satu kesulitan terbesar saya adalah menemukan bahan coklat dengan jumlah yang sesuai dengan bahan hijau yang ada. Hal ini disebabkan, saya berpikir bahwa bahan coklat itu selalu dedaunan kering yang ada di kebun saya. Padahal, ada banyak alternatif mendapatkan bahan cokelat. Berikut beberapa contohnya.

1. Sekam Mentah

Jika kita tinggal di daerah perumahan sempit yang jarang ditumbuhi pepohonan, tentu mendapatkan daun-daun kering menjadi hal yang susah dilakukan. Sebagai alternatifnya, kita dapat membeli sekam mentah dari toko pertanian yang ada di sekitar rumah kita. Tetangganet juga bisa membelinya dari tempat penggilingan padi.

Sediakan sekam mentah sehingga sewaktu-waktu kita hendak memasukkan bahan hijau ke dalam komposter, kita bisa langsung menambahkan sekam mentah sebagai bahan cokelat di atasnya.


2. Serbuk Gergaji atau Serutan Kayu

Jika di sekitar Tetangganet ada pengrajin kayu, Tetangganet juga dapat meminta atau membeli serbuk gergaji dari para pengrajin tersebut. Serbuk gergaji dapat digunakan sebagai bahan cokelat. Selain itu, serutan kayu dari para pengrajin tersebut juga dapat dipakai sebagai alternatif bahan cokelat.

BTW, serbuk gergaji bisa juga dipakai untuk media budidaya jarum, lho! Ada yang berminat?


3. Koran atu Kertas Bekas

Tetangganet juga dapat menggunakan kertas atau koran bekas untuk bahan cokelat. Jangan lupa potong kertas atau koran bekas ke dalam ukuran yang kecil-kecil.

Namun, penggunaan kertas yang mengandung pemutih, tinta, atau pewarna juga memberikan resiko tersendiri. Oleh karena itu, saya tidak sarankan kompos yang dihasilkan dari bahan ini untuk diberikan sebagai pupuk untuk tanaman pangan. Karena bisa saja, residu yang terserap oleh tanamannya termakan oleh manusia. Kompos yang menggunakan kertas dan koran bekas dapat diberikan ke tanaman-tanaman hias.

4. Cocopeat

Cocopeat terbuat dari serat sabut kelapa yang sudah dihancurkan dan mendapatkan perlakuan khusus. Biasanya cocopeat digunakan untuk bercocok tanam secara hidroponik. Namun, Tetangganet dapat menggunakan cocopeat sebagai alternatif bahan cokelat dalam mengompos.Cocopeat bisa dibeli di toko-toko pertanian dan sudah banyak dijual di marketplace juga, lho.

5. Rontokan daun dan ranting dari taman kota

Jika Tetanggante tinggal di kota, mungkin Tetangganet akan kesulitan mendapatkan guguran daun di rumah Tetangganet. Coba deh, Tetangganet amati lingkungan sekitar Tetangganet, dimanakah terdapat pepohonan. Mungkin di tepi jalan atau di taman kota. Tetangganet juga dapat mengambil daun-daun kering dan ranting-ranting yang berjatuhan untuk digunakan sebagai bahan cokelat. Jangan lupa minta izin terlebih dahulu kepada pemilik atau pengelola tempat tersebut ya. Saya yakin, mereka akan dengan senang hati memberikan izinnya.

Di daerah saya dulu, juga sering diadakan pemotongan dahan pohon secara rutin oleh dinas tata kota setempat. Biasanya dilakukan menjelang musim penghujan untuk mengantisipasi pohon rubuh, atau korsleting kabel listrik. Ketika kegiatan tersebut dilakukan, petugas juga dengan senang hati memberikan izin warga untuk mengambili daun dan dahan yang sudah dipotong.

6. Jerami

Ketika masa panen padi tiba, para petani biasanya juga mengambil jeraminya untuk pakan ternak. Coba tanyakan kepada mereka, apakah boleh Tetangganet membeli sebagian dari jerami yang sudah kering untuk bahan kompos.

Jangan lupa untuk memotongnya dalam ukuran yang kecil-kecil agar proses pengomposan bisa berlangsung dengan cepat.


Tetangganet bisa menyimpan atau menyetok bahan cokelat di atas sehingga bisa digunakan sewaktu-waktu. Jadi tidak masalah jika Tetangganet mendapatkan bahan cokelat tersebut dalam jumlah yang besar.


Alternatif Bahan Hijau

Biasanya saya tidak terlalu mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan bahan hijau karena sampah organik sisa dapur sudah banyak sekali. Namun, jika Tetangganet masih kesulitan mendapatkan bahan hijau, list berikut mungkin bisa memberikan inspirasi.

1. Sisa Penyiangan Sayur

Setelah Tetangganet menyiangi sayur, sisa penyiangannya seperti akar dan batang dapat dimasukkan ke dalam kompos. Jangan lupa dipotong dulu kecil-kecil ya.

2. Sisa Kulit Buah

Keluarga kami suka sekali mengkonsumsi buah. Kulit buah yang tersisa bisa dimasukkan ke dalam kompos. Perlakuannya sama dengan sisa sayur. Dipotong kecil-kecil agar terurai dengan cepat.

Tetangganet juga bisa mendapatkan sisa kulit buah dari penjual buah potong keliling atau penjual buah di pasar.

3. Rumput

Setelah bersih-bersih kebun dari gulma, potongan rumput yang masih hijau bisa juga digunakan sebagai bahan hijau untuk kompos. Namun, Tetangganet perlu berhati-hati untuk tidak memasukkan rumput yang telah berbunga atau berbenih karena benih-benih tersebut bisa saja tumbuh kembali menjadi rumput gulma ketika kompos sudah menjadi dingin.Demikian juga, jangan memasukkan tanaman berpenyakit ke dalam bahan kompos karena penyakit tersebut tidak akan mati meskipun kompos sudah jadi.

Akan tetapi, jika Tetangganet melakukan pengomposan dengan metode hot composting, Tetangganet bisa menambahkan rumput berbenih ke tengah-tengah tumpukan bahan. Benih-benih tersebut akan mati karena suhu tinggi yang muncul di tengah-tengah tumpukan kompos panas.

4. Hasil Pruning Tanaman

Agar tanaman dapat tumbuh sehat, sering kali kita perlu melakukan perawatan berupa prunning, atau pemotongan daun atau cabang. Daun dan cabang hasil pemotongan dapat juga kita masukkan ke dalam kompos sebagai bahan hijau.


Selain dua jenis bahan di atas, kita juga bisa menambahkan bioaktivator agar kompos cepat jadi. Bahasan lengkap mengenai bioaktivator akan saya bahas di artikel selanjutnya ya.


Alternatif Alat Mengompos

Selain bahan-bahan untuk mengompos, tentu kita juga membutuhkan alat-alat agar kerja kita lebih efektif.

Komposter

Komposter adalah wadah yang digunakan untk menampung proses pengomposan. Komposter dapat dibuat dengan wadah apapun, dengan menyediakan akses sirkulasi udara dan akses rembesan. Tidak ada pakem dalam membuat komposter. Bahkan kita bisa membuat komposter mini dari stoples bekas cemilan hari raya.

Selain memakai komposter, kita juga bisa mengompos dengan losida, biopori, maupun tanpa menggunakan wadah seperti dengan metode jugangan atau compost pile.

Pencacah

Jika ingin proses pengomposan berlangsung dengan cepat, kita perlu memotong-motong bahan ke dalam ukuran-ukuran kecil. Saya biasa menggunakan pisau dapur biasa untuk memotong bahan sisa dapur. Bisa juga dengan menggunakan gunting atau pemotong rumput.

Di marketplace juga banyak tersedia alat pencacah untuk memoong ranting ukuean besar. Saya juga pernah melihat Ibu DK Wardhani memodifikasi bor listrik untuk dijadikan pencacah daun kering.

Alternatif pencacah ada banyak ragamnya. Kalau Tetangganet mencacah bahan kompos menggunakan apa?


Pengaduk

Tanpa diaduk pun sebenarnya proses pengomposan tetap berlangsung, walaupun dengan laju yang lebih lambat. Fungsi mengaduk adalah untuk memberikan asupan oksigen ke dalam bahan kompos sehingga bakteri-bakteri aerob yang melakukan pengomposan tidak mati.

Kita bisa menggunakan sekop, garpu (untuk bertani), cangkul, maupun garuk untuk mengaduk kompos.

Sekarang pun ada juga jenis komposter berguling (tumbling composter) yang bisa berputar dengan sendirinya agar bahan di bagian dalam bisa otomatis teraduk. Dengan begitu proses mengaduk menjadi ringan.


Sekian artikel kali ini tentang berbagai alternatif alat dan bahan mengompos. Kesulitan apa lagi yang Tetangganet temui ketika mengompos? Yuk, kita bahas di kolom komentar dan artikel-artikel berikutnya. Selamat mengompos! Wassalamu’alaykum!

0 Komentar